[67] Kesepuluh : Penutup (Satu Bab)

Alasan penulis menutup Kitab Tauhid dengan bab ini -wallahu a’alam-:

1. Agar kita tidak seperti orang-orang musyrik yang tidak mengagungkan Allah ta’ala sang Maha Pencipta.

2. Agar tidak tertipu dengan amalan-amalan yang kita kerjakan;, sebab amalan yang kita kerjakan pasti memiliki kekurangan-kekurangan. Bertolak dari sini, maka diharapkan dari seorang hamba untuk merendah dan tunduk kepada Allah ta’ala.

3. Meneladani Imam Bukhari rahimahullah ketika menutup kitabnya dengan hadits “Dua kalimat yang sangat ringan di ucapakan, sangat dicintai oleh Allah yang Maha Pemurah dan sangat berat timbangannya…” seakan-akan penulis berdoa kepada Allah ta’ala untuk memberatkan timbangan kebaikannya dengan kitab ini sebagaimana makhluk-makhluk ini sangat berat dan meminta ampun atas kekeliruan-kekeliruan yang di buatanya.

[67] Bab

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

 “Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar : 67).

● Dhamir (kata ganti) pada “mereka tidak mengagungkan Allah”kembali kepada orang-orang musyrik yang mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pengagungan. Sebab mereka mempersekutukan Allah dengan makhluk-makhluk-Nya. Padahal Allah tersucikan dari segala kekurangan dan aib. Dan di antara kesucian Allah, Dia tersucikan dari segala sekutu-sekutu. Karena itu, kalau mereka mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya pengagungan maka mereka tidak akan menyembah dan taat kepada selain-Nya.

Dalil Kedua

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﭬ قَالَ: جَاءَ حِـَـبْرٌ مِنَ الأَحْبَارِ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّا نَجِدُ أَنَّ اللهَ يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالْأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالْـمَاءَ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، وَسَائِرَ الْـخَلْقِ عَلَى إِصْبَعٍ، فَيَقُولُ: أَنَا الْـمَلِكُ، فَضَحِكَ النَّبِيُّ ﷺ حتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ؛ تَصْدِيقًا

لِقَوْلِ الْحِـَـبْرِ، ثُمَّ قَرَأَ: ﴿ وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ﴾ الآيَةَ، وَفِي رِوَايَةٍ لِـمُسْلِمٍ: «وَالْجِبَالَ وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ، ثُمَّ يَهُزُّهُنَّ فَيَقُولُ: أَنَا الْـمَلِكُ، أَنَا اللهُ»، وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ: «يَجْعَلُ السَّمَوَاتِ عَلَى إِصْبَعٍ، وَالْـمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ، ، وَسَائِرَ الْـخَلْقِ عَلَى إِصْبَعٍ»، أَخْرَجَاهُ.

Ibnu Mas’ud radhi Allahu’anhu berkata : “Salah seorang pendeta yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam seraya berkata : “Wahai Muhammad, sesungguhnya kami dapati (dalam kitab suci kami) bahwa Allah akan meletakkan langit di atas satu jari, pohon-pohon di atas satu jari, air di atas satu jari, tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk di atas satu jari, kemudian Allah berfirman : “Akulah Penguasa (raja)”, maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tertawa sampai nampak gigi seri beliau, karena membenarkan ucapan pendeta yahudi itu, kemudian beliau membacakan firman Allah :

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat… (QS. Az-Zumar : 67).

dan dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan :   “… gunung-gunung dan pohon-pohon di atas satu jari, kemudian digoncangkannya seraya berfirman : “Akulah penguasa, Akulah Allah.”

dan dalam riwayat Imam Bukhori dikatakan :  “… Allah letakkan semua langit di atas satu jari, air serta tanah di atas satu jari, dan seluruh makhluk di atas satu jari.” (HR. Bukhori dan Muslim)

● حِـَـبْرٌ : Seorang alim yang banyak ilmunya. Dan dikatakan untuk menggelari mereka ini bahrun (lautan)

● إِنَّا نَجِدُ (kami mendapati) : Yakni dalam taurat.

● Di dalam hadits tersebut terdapat penetapan jari jemari bagi Allah, yakni jari jemari yang hakiki sesuai dengan kebesaran-Nya, sama halnya dengan tangan Allah, bahwa itu adalah tangan yang hakiki sesuai dengan kebesaran-Nya.

Dalil Ketiga

وَلِـمُـسْلِمٍ عَن ابْنِ عُمَرَ مَرْفُوعًا: «يَطْوِي اللهُ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْـمَلِكُ، أَيْنَ الْـجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْـمُتَكَبِّرُونَ؟ ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ السَّبْعَ، ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِشِمَالِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْـمَلِكُ، أَيْنَ الْـجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْـمُتَكَبِّرُونَ؟».

 Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar radhi Allahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :  “Allah akan menggulung seluruh lapisan langit pada hari kiamat, lalu Dia mengambilnya dengan tangan kananNya, dan berfirman : “Akulah penguasa, mana orang-orang yang berlaku lalim ? mana orang-orang yang sombong ?, kemudian Allah menggulung ke tujuh lapis bumi, lalu Dia mengambilnya dengan tangan kiriNya dan berfirman : “Aku lah Penguasa, mana orang-orang yang berlaku lalim ?, mana orang-orang yang sombong ?”.

Dalil Keempat

وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «مَا السَّمَوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرَضُونَ السَّبْعُ فِي كَفِّ الرَّحْـمَنِ؛ إِلَّا كَخَرْدَلَةٍ فِي يَدِ أَحَدِكُمْ»

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Tidaklah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh di Telapak Tangan Allah Ar-Rahman, kecuali bagaikan sebutir biji sawi yang diletakkan di telapak tangan seseorang di antara kalian”.

Dalil Kelima

وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ زَيْدٍ: حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «مَا السَّمَوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ؛ إِلَّا كَدَرَاهِمَ سَبْعَةٍ أُلْقِيَتْ فِي تُرْسٍ»، وَقَالَ: قَالَ أَبُو ذَرٍّ ﭬ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: «مَا الْكُرْسِيُّ فِي الْعَرْشِ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ، أُلْقِيَتْ بَيْنَ ظَهْرَيْ فَلَاةٍ مِنَ الأَرْضِ».

Ibnu Jarir berkata : “Yunus meriwayatkan kepadaku dari Ibnu Wahb, dari Ibnu Zaid, dari bapaknya (Zaid bin Aslam), ia berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :  “Tidaklah tujuh lapis langit yang berada di Kursi, melainkan bagaikan tujuh keping dirham yang diletakkan di atas perisai ”.

kemudian Ibnu Jarir berkata : “Dan Abu Dzar radhi Allahu’anhu berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :   “Kursi yang berada di Arsy tiada lain hanyalah bagaikan sebuah gelang besi yang dibuang di tengah-tengah padang pasir ”.

● “Aku adalah penguasa” : Aku adalah pemilik yang mutlak dan penguasa yang sempurna tidak ada seorang pun yang dapat menentangKu di dalamnya.

● “Dimana orang-orang yang berbuat lalim? : Pertanyaan untuk menantang? Yakni dimana para penguasa yang mereka di dunia memiliki kekuasaan, berbuat kelaliman dan sombong kepada hamba-hamba Allah? Mereka pada saat itu dikumpulkan seperti semut kecil yang diinjak-injak telapak kaki manusia.

● “Dengan tangan kiri-Nya” : Ini adalah tambahan yang syaadzh (menyimpang), namun apabila kita takdirkan itu benar maka kita katakan itu bermakna tangan-Nya yang lain sehingga tidak ada kontradiksi dengan hadits : (kedua tangan-Nya adalah tangan kanan). Tidak seperti tangan kiri para makhluk yang memiliki kekurangan dibandingkan tangan kanan.

●  كَخَرْدَلَةٍ : Biji dari tumbuhan yang sangat kecil sekali, ini menunjukan atas keagungan Allah ta’ala dimana tidak ada sesuatu pun yang dapat meliputi ilmu-Nya.

● “الْكُرْسِيِّ” : Tempat kedua telapak kaki Allah ta’ala.

تُرْسٍ : Sesuatu yang terbuat dari kulit atau kayu yang di bawa ketika berperang sebagai tameng dari pedang dan tombak atau yang semisalnya.

الْعَرْشِ : Makhluk Allah yang sangat agung, yang Allah beristiwa (bersemayam) di atasnya tidak ada yang dapat memperkirakan ukurannya kecuali Allah ta’ala.

● Hadits di atas menunjukan atas keagungan Allah ta’ala. Sehingga sangat pas untuk menjelaskan ayat sebagai tema dalam bab ini.

Dalil Keenam

وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: «بَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا وَالَّتِي تَلِيهَا خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَالْكُرْسِيِّ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَبَيْنَ الْكُرْسِيِّ وَالْـمَاءِ خَمْسُمِائَةِ عَامٍ، وَالْعَرْشُ فَوْقَ الْـمَاءِ، وَاللهُ فَوْقَ الْعَرْشِ، لَا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِكُمْ»، أَخْرَجَهُ ابْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ زِرٍّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ، وَرَوَاهُ بِنَحْوِهِ الْـمَسْعُودِيُّ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ؛ قَالَهُ الْـحَافِظُ الذَّهَبِيُّ $ تَعَالَى، قَالَ: «وَلَهُ طُرُقٌ».

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhi Allahu’anhu bahwa ia berkata : “Antara langit yang paling bawah dengan yang berikutnya jaraknya 500 tahun, dan antara setiap langit jaraknya 500 tahun, antara langit yang ke tujuh dan Kursi jaraknya 500 tahun, antara Kursi dan samudera air jaraknya 500 tahun, sedang Arsy itu berada di atas samudera air itu, dan Allah subhanahu wata’ala berada di atas Arsy, tidak tersembunyi bagi Allah suatu apapun dari perbuatan kalian.” (HR. Ibnu Mahdi dari Hammaad bin Salamah, dari ‘Aashim, dari Zirr, dari Abdullah bin Mas’ud). Atsar ini diriwayatkan pula oleh Al-Mas’uudi, dari Aashim dari Abi Waail dari Abdullah sebagaimana yang telah disebutkan iman Ad-Dzahbi rahimahullah, dan beliau berkata: “hadits ini memiliki jalan-jalan yang lain”.

Dalil Ketujuh

وَعَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْـمُطَّلِبِ ﭬ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «هَلْ تَدْرُونَ كَمْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ؟»، قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «بَيْنَهُمَا مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، وَبَيْنَ كُلِّ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، وَكِثَفُ كُلِّ سَمَاءٍ مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ سَنَةٍ، وَبَيْنَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ وَالْعَرْشِ بَحْرٌ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، وَاللهُ تَعَالَى فَوْقَ ذَلِكَ، وَلَيْسَ يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنْ أَعْمَالِ بَنِي آدَمَ»، أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَغَيْرُهُ.

Al-Abbas bin Abdul Muttholib Radhi Allahu’anhu berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Tahukah kalian berapa jarak antara langit dan bumi ? ”, kami menjawab : “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui”,  beliau bersabda : “Antara langit dan bumi itu jaraknya perjalanan 500 tahun, dan antara langit yang satu dengan yang lain jaraknya perjalanan 500 tahun, sedangkan tebalnya setiap langit adalah  perjalanan 500 tahun, antara langit yang ketujuh dengan Arsy ada samudera, dan antara dasar samudera dengan permukaanya seperti jarak antara langit dengan bumi, dan Allah Subhanahu wata’ala di atas itu semua, dan tiada yang tersembunyi bagiNya sesuatu apapun dari perbuatan anak keturunan Adam” (HR. Abu Daud dan ahli hadits yang lain).

● “Allah di atas ‘Arsy”: Ini adalah nas yang sharih (jelas) untuk menetapkan ketinggian Allah pada zat dan sifat-Nya.

● “Tidak tersembunyi bagi Allah suatu apapun dari perbuatan kalian” : Amalan-amalan hati dan anggota badan, dari yang dilihat ataupun didengar, itu disebabkan karena keumuman dan keluasan ilmu-Nya. Tidaklah disebutkan hal ini setelah penyebutan ketinggiannya melainkan untuk menjelaskan bahwa ketinggian-Nya tidaklah mencegah-Nya dari mengetahui amalan-amalan kita. Dan ini merupakan isyarat yang sangat jelas terhadap ketinggian zat-Nya.

هَلْ (apakah) : Pertanyaan yang diinginkan darinya adalah dua perkara:

1. Untuk membuat penasaran terhadap apa yang akan disebutkan setelahnya.

2. Untuk menjadikan mereka supaya memperhatikan apa yang akan disampaikan.

● “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui” : Ucapan ini dikatakan:

[1] Semasa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam hidup.

[2] Dalam perkara-perkara syar’iyah yang beliau tahu.

● Di dalamnya ada pengagungan terhadap Allah ta’ala dan peringatan agar jangan menyelisihi-Nya, sebab Dia berada di atas kita dan Dia meliputi semua makhluk.

Al-Masaail (Perkara-Perkara)

1. Penjelasan tentang ayat yang tersebut di atas. “Pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. Az-Zumar : 67).

2. Bahwa pengetahuan semacam ini dan semisalnya masih dikenal dikalangan orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Rasulullah, mereka tidak mengingkarinya dan tidak menafsirkannya dengan penafsiran yang menyimpang dari kebenaran. (Seolah-olah penulis mengatakan bahwa orang-orang Yahudi lebih baik dari orang-orang menyimpangkan dalam perkara ini, karena mereka tidak mendustakannya dan menta’wilnya).

3. Ketika pendeta Yahudi menyebutkan tentang pengetahuan tersebut kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau membenarkannya, dan turunlah ayat Alqur’an menegaskannya.

4. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tertawa dengan banyak ketika mendengar pengetahuan yang agung ini disebutkan oleh pendeta Yahudi

5. Disebutkan dengan tegas dalam hadits ini adanya dua tangan bagi Allah, dan bahwa seluruh langit itu diletakkan di tangan kanan-Nya, dan seluruh bumi diletakkan di tangan yang lain pada hari kiamat. (Sungguh sifat dua tangan bagi Allah telah tetap dengan Alqur’an, sunnah dan ijma’ para ulama).

6. Dinyatakan dalam hadits bahwa tangan yang lain itu adalah tangan kiri-Nya. (Riwayat yang syadzah )

7. Di dalam hadits disebutkan keadaan orang-orang yang berlaku lalim, dan berlaku sombong pada hari kiamat.

8. Dijelaskan bahwa seluruh langit dan bumi di telapak tangan Allah itu bagaikan sebutir biji tumbuhan yang kecil  yang diletakkan di tangan seseorang.

9. Kursi itu lebih besar dari pada langit. (Bagaikan tujuh keping dirham yang diletakan di atas perisai).

10. Arsy itu lebih besar dari pada Kursi. (Bagaikan sebuah gelang besi yang dibuang di tengah-tengah padang pasir).

11. Arsy itu bukanlah Kursi.

12. Berapa jarak antara langit yang satu dengan langit yang lainnya?. (Perjalanan 500 tahun).

13. Berapa jarak antara langit yang ketujuh dengan Kursi? (Perjalanan 500 tahun).

14. Berapa jarak antara Kursi dan samudera? (Perjalanan 500 tahun).

15. Arsy sebagaimana dinyatakan dalam hadits, berada di atas samudera tersebut.

16. Allah subhanahu wata’ala berada di atas Arsy.

17. Berapa jarak antara langit dan bumi?. (Perjalanan 500 tahun).

18. Tebal masing-masing langit itu perjalanan 500 tahun.

19. Samudera yang berada di atas seluruh langit itu, antara permukaan dengan dasarnya, jauhnya perjalanan 500 tahun, dan hanya Allah lah yang maha mengetahui. (Kita dapat mengambil manfaat dari hadits-hadits yang disebutkan pada bab ini:

[1] Peringatan untuk tidak menyelisihi Allah ta’ala.

[2]. Bahwa tidak ada sesuatu apa pun dari amalan-amalan manusia yang luput dari pengetahuan Allah.

والله أعلم، والحمد لله ربِّ العالمين، وصلَّى الله وسلَّم على نبيِّنا مُحمَّدٍ ﷺ،ٍ وأسأل الله أن يختم لنا ولكم بالتَّوحيد؛ آمين.

Scroll to Top