Setelah menyebutkan tafsir tauhid, penulis kemudian menyebutkan bukti-bukti yang menunjukan batilanya peribadatan kepada selain Allah ta’ala, sebanyak empat bab:
● Batilnya peribadatan kepada berhala-berhala, batilnya peribadatan kepada selain Allah dan batilanya peribadatan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
● Batilnya peribadatan kepada para malaikat, dimana mereka adalah makhluk yang paling dekat kepada Allah selain dari manusia pilihan Allah ta’ala.
● Batilanya syafaat manfiyah (yang ditiadakan) kepada selain Allah, dan bahwa syafaat merupakan hak Allah ta’ala.
● Batilnya hidayah taufik kepada selain Allah dan hidayah ini tidak dimiliki melainkan Allah.
[15] Bab Firman Allah:
[15] Bab Firman Allah:
أَيُشْرِكُونَ مَا لاَ يَخْلُقُ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ ﴿١٩١﴾ وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْراً وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ ﴿١٩٢﴾
Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. (QS. Al-A’roof : 191-192).
● Allah menjelaskan pada ayat di atas lemahnya berhala-berhala dan bahwa berhala-berhala tersebut tidak pantas diibadahi dari empat sisi:
1. Berhala-berhala tersebut tidak dapat mencipta. Sesuatu yang tidak dapat mencipta sangat tidak berhak untuk diibadahi.
2. Mereka dicipta dari sesuatu yang tadinya tidak ada, oleh karena itu mereka sangat butuh kepada selain mereka dari awal dibuat sampai seterusnya.
3. Mereka tidak dapat menolong orang yang meminta kepada mereka.
4. Mereka sendiri tidak dapat menolong diri mereka sendiri.
Dalil Kedua:
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ ﴿١٣﴾ إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ ﴿١٤﴾
. “Dan sesembahan-sesembahan yang kalian mohon selain Allah, tidak memiliki apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak akan mendengar seruanmu itu, kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu, dan pada hari kiamat meraka akan mengingkari kemusyrikanmu, dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir 13-14).
● {قِطْمِير} : Kulit ari yang tipis yang ada pada biji kurma.
● Allah membatilkan peribadatan kepada selain-Nya dengan beberapa perkara:
1. Mereka tidak memiliki kepemilikan.
2. Mereka tidak dapat mendengar.
3. Kalaupun mereka bisa mendengar, mereka tidak dapat mengabulkan permintaan, karena mereka tidak mampu untuk memberi.
4. Pada hari kiamat kelak Allah akan mendatangkan sesembahan-sesembahan yang disembah dari selain-Nya dan sesemabhan-sesembahan ini akan mengingkari kesyirikan-kesyirikan yang mereka peruntukan terhapanya.
Dalil Ketiga
وَفِي الصَّحِيحِ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: شُجَّ النَّبِيُّ ﷺ يَوْمَ أُحُدٍ، وَكُسِـرَتْ رَبَاعِيَتُهُ، فَقَالَ: «كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ؟» فَنَزَلَتْ: فَأَنْزَلَ اللهُ لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ
Diriwayatkan dalam shoheh (Bukhori dan Muslim) dari Anas bin Malik, ia berkata : “Ketika perang uhud Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam terluka kepalanya, dan pecah gigi serinya, maka beliau bersabda : “Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabinya ?” kemudian turunlah ayat : “Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”. (QS. Ali Imran 128).”
Dalil Keempat
وَفِيهِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ ﭭ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ -إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فِي الرَّكْعَةِ الأَخِيرَةِ مِنَ الْفَجْرِ-: «اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا»، بَعْدَ مَا يَقُولُ: «سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْـحَمْدُ»؛ فَأَنْزَلَ اللهُ فَأَنْزَلَ اللهُ لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ
Dan diriwayatkan dalam shoheh Bukhori dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda ketika beliau berdiri dari ruku’ pada rakaat yang terakhir dalam sholat shubuh : “Ya Allah, laknatilah si fulan dan si fulan”, setelah beliau mengucapkan : “sami’a Allahu liman hamidah Rabbana walakal hamd” (Allah Maha Mendengar terhadap orang-orang yang memuji-Nya, ya Allah segala pujian hanya milikmu”.setelah itu turunlah firman Allah : “Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”. (QS. Ali Imran 128).”
وَفِي رِوَايَةٍ: يَدْعُو عَلَى صَفْوَانَ بْنِ أُمَيَّةَ، وَسُهَيْلِ بْنِ عَمْرٍو، وَالْـحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، فَنَزَلَتْ: ﴿ لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ ﴾.
Dalam riwayat yang lain : “Beliau mendoakan semoga Shofwan bin Umayah, Suhail bin
Amr, dan Al Harits bin Hisyam dijauhkan dari rahmat Allah”, maka turunlah ayat : “Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”. (QS. Ali Imran 128).”
Dalil Kelima
وَفِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ﭬ قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللهِ ﷺ حِينَ أُنْزِلَ عَلَيهِ: ﴿ وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ ﴾، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ؛ لَا أُغْنِي عَنكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ المُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللهِ شَيْئًا، يَا صَفِيَّةُ – عَمَّةَ رَسُولِ اللهِ ﷺ – لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ، سَلِينِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتِ، لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللهِ شَيْئًا».
Diriwayatkan pula dalam shoheh Bukhori dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata : “ketika diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam firman Allah Subhanahu wata’ala : “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat” (QS. Asy Syu’ara, 214), Beliau kemudian bersabda : “Wahai orang-orang Quraisy, -atau kalimat yang semisal dengannya- tebuslah diri kalian, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan Allah untuk kalian. Wahai Abbas bin Abdul Mutholib, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah, wahai Shofiyah bibi Rasulullah, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah nanti, wahai Fatimah binti Rasulullah, mintalah kepadaku apa saja yang kau kehendaki, tapi sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah nanti”.
● شُجَّ : Luka pada kepala dan pada muka secara khusus.
● رَبَاعِيَتُهُ : Gigi yang berada ditengah yang disebut dengan ثنايا (gigi depan) dan yang setelahnya dinamakan رباعيَّتين (gigi seri).
● Di dalamnya menunjukan bahwa nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam hanyalah seorang manusia, dimana beliau dapat ditimpa sesuatu sebagaimana manusia lainnya. Dan ini menunjukan batilnya peribadatan yang diperuntukan kepadanya.
● Di dalamnya ada ibroh bagi mereka yang mau mengambil pelajaran, bahwa kita tidak boleh menjauhkan rahmat Allah dari manusia mana pun sekalipun dia suka bermaksiat.
● Shafan bin Umayyah, Suhail bin Amrii dan Al-Haarits bin Hisyam, mereka bertiga ini masuk Islam dan keislaman mereka sangat bagus. Sebab itu perhatikanlah, bahwa kadang permusuhan dapat berubah menjadi pertemanan.
● Yang dilarang darinya adalah:
[1] Melaknat orang kafir terhadap orang tertentu. Adapun melaknat mereka secara umum maka itu tidak mengapa. Tidak mengapa kita mendoakan keburukan terhadap orang-orang kafir umum, misalnya kita mengucapkan: “Ya Allah, tolonglah kaum muslim dari orang-orang kafir”.
[2] Mendoakan kebinasaan secara menyeluruh kepada orang-orang kafir. Rasulullah tidak mendoakan keburukan secara menyeluruh untuk mereka dan Allah pun mentakdirkan kelangsungan hidup mereka
Al-Masaail (Perkara-Perkara)
1. Penjelasan tentang dua ayat yang telah disebutkan di atas. (Di dalamnya memuat penjelasan batilnya peribadatan kepada berhala dan peribadatan kepada selain Allah).
2. Kisah perang Uhud (Di dalamnya terdapat batilnya peribadatan kepada nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, tentunya selain beliau lebih utama lagi).
3. Pemimpin para rasul (Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam), dalam sholat subuh telah membaca qunut sedang para sahabat dibelakangnya mengamini. (Tidak ada seorang pun pada umat ini yang lebih dekat kepada Allah melebihi Rasul-Nya dan para sahabatnya, bersamaan dengan itu mereka tetap meminta perlindungan kepada Allah ta’ala. Tentunya selain mereka lebih utama lagi).
4. Orang-orang yang beliau doakan keburukan mereka adalah orang-orang kafir. (Beliau sendiri tidak memiliki kendali terhadap perkara-perkara mereka).
5. Mereka telah melakukan perbuatan yang tidak dilakukan oleh kebanyakan orang-orang kafir, antara lain melukai kepala Rasulullah, berupaya untuk membunuh beliau, memutilasi tubuh para korban yang terbunuh, padahal yang terbunuh itu adalah sanak famili mereka.
6. Namun terhadap peristiwa itu Allah menurunkan firmanNya:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ
“Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”. (QS. Ali Imran 128).
(Karena itu, segala perkara semua ada pada Allah ta’ala).
7. Allah berfirman :
لَيْسَ لَكَ مِنَ الأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذَّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ ﴿١٢٨﴾
“Atau Allah terima taubat mereka, atau menyiksa mereka” (QS. Ali Imran, 128).
Kemudian Allah menerima taubat mereka dan mereka pun beriman.
8. Dianjurkannya melakukan qunut nazilah, (Tidak disyariatkan melainkan pada perkara-perkara yang turun dari Allah seperti gempa bumi).
9. Menyebutkan nama-nama mereka beserta nama orang tua mereka ketika didoakan keburukan di dalam sholat. (Boleh).
10. Melaknat orang kafir tertentu di dalam qunut. (Awalnya diperbolehkan kemudian dilarang).
11. Kisah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika diturunkan kepada beliau firman Allah “Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat”. (Beliau langsung merealisasikan perintah Allah).
12. Kesungguhan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam hal ini, sampai-sampai beliau dituduh gila dengan sebab perbuatannya tersebut, begitulah yang akan terjadi apabila dilakukan oleh orang mukmin pada masa sekarang. (Maka wajib untuk mengerahkan kesungguhan di dalam berda’wah dengan hikmah).
13. Perkataan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada keluarganya yang paling jauh kemudian yang terdekat: “sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah nanti” sampai kepada perkataan beliau: “wahai Fatimah putri Muhammad, aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah nanti”. Jika beliau telah berterus terang –padahal beliau pemimpin para rasul- tidak bisa membela pemimpin kaum wanita di jagat raya ini (Fatimah) dan manusia telah mengimani bahwa beliau tidak mengatakan kecuali kebenaran, kemudian jika dia memperhatikan apa yang terjadi pada orang-orang khusus dewasa ini, maka akan tampak baginya bahwa tauhid ini sudah ditinggalkan, dan tuntunan agama sudah menjadi asing. (Yang dapat memberikan manfaat berkaitan dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah beriman kepadanya dan mengikutinya. Sesungguhnya perasaan yang dalam dan kecondongan seorang muslim kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah perkara yang tidak dapat dipungkiri, akan tetapi seorang muslim tidak boleh tunduk mengikuti perasaan. Dia harus mengikuti apa yang ditunjukan oleh Alqur’an dan sunnah serta yang diperkuat oleh akal yang jelas dan selamat dari syubhat dan syahwat).