[16] Bab Firman Allah:
حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ ﴿٢٣﴾
(Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “(Perkataan) yang benar”, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar). (QS. Saba : 23).
● Ini adalah di antara bukti yang menunjukan bahwa tidak ada seorang pun yang berhak untuk menjadi sekutu bersama Allah ta’ala. Sebab para malaikat yang merupakan makhluk yang paling dekat kepada Allah –selain orang-orang pilihan Allah dari anak Adam- mereka pun ditimpa ketakutan ketika mendengar firman Allah ta’ala.
Apakah kandungan keimanan kepada para malaikat?
● Kandungan keimanan terhadap mereka adalah bahwa mereka adalah makhluk alam ghaib, yang Allah ciptakan dari cahaya. Mereka senantiasa taat kepada Allah dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya. Mereka memiliki roh, akal, jasad dan hati. Kita beriman dengan keberadaan mereka dan terhadap apa yang Allah kabarkan dari amalan-amalan mereka, sifat-sifat mereka, nama-nama mereka serta kabar-kabar yang datang tentang mereka.
● { فُزِّعَ}: Dihilangkan ketakutan yang muncul tiba-tiba dari hati mereka.
● {Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar}: Ahlu Sunnah Waljama’ah menetapkan bagi Allah: [1] Ulluwwu dzat (ketinggian zat). [2] Uluwwu shifat (ketinggian sifat). [3] Ulluwu al-qahr (ketinggian kekuasaan) atas semua makhluk.
Faedah-faedah dari Ayat
● Bahwa para malaikat takut kepada Allah ta’ala. Allah berfirman:
يَخَافُونَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٥٠﴾
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (QS. An-Nahl : 50).
● Penatapan hati bagi para malikat. {Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka}.
● Menetapkan bahwa mereka memiliki jasad, bukan hanya roh yang tidak ada jasadnya. Allah berfirman:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلاً أُولِي أَجْنِحَةٍ مَّثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. (QS. Fathiir :1).
● Mereka memiliki akal, karena hati merupakan sumber akal.
● Penetapan ucapan bagi Allah ta’ala dan itu bergantung kepada kehendak Allah.
● Penetapan bahwa Allah berbicara adalah benar. Dan pembicaraan yang benar dari Allah adalah: [1] Benar dalam mengabarkan. [2] Adil dalam membuat hukum-hukum. Allah berfirman:
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقاً وَعَدْلاً
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu, sebagai kalimat yang benar dan adil.
● صَفْوَانٍ : Batu licin yang keras, dimana rantai besi yang di tarik di atasnya akan memiliki suara yang sangat keras. Maksud dari ini adalah menyerupakan apa yang terjadi pada mereka dari rasa takut ketika mereka mendengarkan firman Allah.
● يَنْفُذُهُمْ ذَلِك : Suara ini sampai kepada mereka dengan sangat keras.
Faedah-faedah dari hadits
● Penetapan berbicara bagi Allah, penetapan keagungan Allah ta’ala dan tidaklah berasal dari Allah melainkan sesuatu yang hak (benar).
● Penetapan sayap, berbicara dan akal bagi malikat. Dan bahwa mereka takut dan tunduk kepada Allah ta’ala.
● Allah memantapkan para jin untuk sampai ke langit, dan itu sebagai ujian bagi manusia.
● Banyaknya jumlah para jin, jasad mereka ringan dan mereka bisa terbang.
● Para dukun merupakan manusia yang paling dusta, karena itu mereka menambahkan apa yang mereka dengar dengan kedustaan yang sangat banyak.
● Seorang penyihir akan menggambarkan bagi seorang yang di sihir sesuatu yang tidak nyata.
● Tahapan-tahapan para jin mencuri berita:
1. Sebelum di utusnya nabi Muhammad, pencurian berita di langit sangat banyak
2. Ketika nabi Muhammad di utus, mereka dicegah untuk mencuri berita dari langit.
3. Setelah meninggalnya nabi Muhammad mereka kembali mencuri berita dari langit, namun dalam jumlah yang sedikit.
Dalil Ketiga
وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَـِمْعَانَ ﭬ قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله ﷺ: «إِذَا أَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنْ يُوحِيَ بِالأَمْرِ، تَكَلَّمَ بِالْوَحْي أَخَذَتِ السَّمٰوَاتِ مِنْهُ رَجْفَةٌ – أَوْ قَالَ: رِعْدَةٌ – شَدِيدَةٌ، خَوْفًا مِنَ اللهِ ۵، فَإِذَا سَمِعَ ذَلِكَ أَهْلُ السَّمٰوَات صَعِقُوا وَخَرُّوا للهِ سُجَّدًا، فَيَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِـَبْرَائِيلُ، فَيُكَلِّمُهُ اللهُ مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ، ثُمَّ يَمُرُّ جِـبْرِائِيلُ عَلَى الْـمَلَائِكَةِ، كُلَّمَا مَرَّ بِسَمَاءٍ سَأَلَهُ مَلَائِكَتُهَا: مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِـَـبْرِائِيلُ؟ فَيَقُولُ جِـَـبْرِائِيلُ: قَالَ الْـحَقَّ، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ، فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ جِـَـبْرِائِيلُ، فَيَنْتَهِي جَبْرِائِيلُ بِالْوَحْي إِلَى حَيْثُ أَمَرَهُ اللهُ ۵».
An–Nawwas bin Sam’an radhiallahu’anhu menuturkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apabila Allah subhanahu wata’ala hendak mewahyukan perintahnya, maka Dia firmankan wahyu tersebut, dan langit-langit bergetar dengan kerasnya karena takut kepada Allah, dan ketika para malaikat mendengar firman tersebut mereka pingsan dan tersungkur bersujud kepada Allah, dan di antara mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril, maka Allah sampaikan wahyu yang dikehendaki-Nya kepadanya, kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap ia melewati langit maka para penghuninya bertanya kepadanya : “apa yang telah Allah firmankan kepadamu?”, Jibril menjawab : “Dia firmankan yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan seluruh malaikat yang ia
lewati bertanya kepadanya seperti pertanyaan pertama, demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla kepadanya.
Faedah-faedah dari hadits
● Penetapan irodah (kehendak) bagi Allah, dan itu terbagi menjadi dua:
1. Kehendak syar’iyyah.
2. Kehendak kauniyah
● Bahwa semua makhluk walaupun itu benda mati, mereka merasakan keagungan Allah ta’ala.
● Penetapan jumlah langit yang bertingkat-tingkat, dan bahwa semua tingkatan langit memiliki para malikat-malaikat.
● keutamaan Jibril alaihi salam, dimana beliau diberi amanah menyampaian wahyu, dan bahwa dia sangat terpercaya.
● Penetapan keperkasaan dan keagungan bagi Allah ta’ala.
4. Sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah. (Yaitu mereka sangat ketakutan).
5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan perkataannya. (Dia berfirman ini dan itu…)
6. Beliau Menyebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril. (ini menunjukan keutamaan Jibril).
7. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh malaikat penghuni langit, karena mereka bertanya kepadanya. (Ini menunjukan keagungan Jibril di antara mereka).
8. Bahwa pingsannya para malaikat mencakup semua penghuni langit.
9. Langit pun bergetar keras ketika mendengar firman Allah itu. (Sebagai pengagungan kepada Allah).
10. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu kepada tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya. (Karena dia adalah al-amin).
11. Hadits di atas menyebutkan tentang adanya setan-setan yang mencuri berita wahyu.
12. Cara mereka mencuri berita, sebagian mereka naik di atas sebagian yang lain.
13. Peluncuran syihab (meteor). (Yang membakar pencuri berita).
14. Adakalanya setan pencuri berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan berita yang didengarnya. Dan adakalanya sudah sempat menyampaikan berita tersebut ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab.
15. Adakalanya ramalan tukang ramal itu benar.
16. Dengan berita yang diterimanya ia kemudian mencampurkannya dengan seratus macam kebohongan. (Penyebutan ini untuk membesar-besarkan perkaranya bukan untuk membatasi).
17. Kebohongannya tidak akan dipercaya kecuali karena adanya berita dari langit (melalui setan penyadap berita).
18. Kecenderungan jiwa untuk menerima kebatilan, anehnya bagaimana mereka hanya bergantung dengan satu kebenaran dan melupakan seratus kedustaan?
19. Satu kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan terus mereka ingat, lalu dijadikan sebagai bukti bahwa apa yang dikatakan oleh tukang ramal itu benar. (Karena inilah yang dapat melariskan barang jualan mereka, seandainya barang jualan mereka semua kedustaan maka itu tidak akan laris).
20. Menetapkan sifat-sifat Allah (seperti yang terkandung dalam hadits di atas), berbeda dengan faham Asy’ariyah yang mengingkari sifat-sifat.
21. Penjelasan bahwa bergetarnya langit dan pingsanya para malaikat itu disebabkan karena rasa takut mereka kepada Allah.
22. Para malaikat pun bersimpuh sujud kepada Allah. (Sebagai pengagungan kepada Allah dan untuk membentengi diri dari apa yang mereka takutkan).
[17] Bab Syafaat
Mengapa penulis datang dengan bab ini?
● Untuk membatilkan syafaatnya berhala-berhala, karena orang-orang kafir berkeyakinan bahwa berhala-berhala tersebut dapat memberi syafaat di sisi Allah.
● Karena Allah ta’ala maha sempurna dalam ilmu-Nya, kemampuan-Nya dan kekuasaan-Nya. Tidak seperti raja-raja di dunia yang mereka sangat butuh terhadap syufa’a (perantara-perantara) disebabkan dangkalnya ilmu mereka, juga kurangnya kekuasaan dan kemampuan mereka. Sehingga mereka para syufa’a (perantara-perantara) tersebut turut membantu mereka dalam urusan mereka. Pada akhirnya, perantara-perantara ini memiliki keberanian terhadap mereka dalam memberi syafaat tanpa harus minta izin terlebih dahulu.
Dalil Pertama
Allah berfirman:
وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُواْ إِلَى رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلاَ شَفِيعٌ
“Dan berilah peringatan dengan apa yang telah diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dikumpulkan kepada Rabb mereka (pada hari kiamat), sedang mereka tidaklah mempunyai seorang pelindung dan pemberi syafaatpun selain Allah, agar mereka bertakwa” … (QS. Al-An’am : 51).
Dalil Kedua
Allah berfirman:
قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً
Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. (QS. Az-Zumar : 44).
Dalil Ketiga
Allah berfirman:
مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. (QS. Al-Baqoroh : 255).
Dalil Keempat
4. Allah berfirman:
وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئاً إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَى
Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengiizinkan (untuk diberi syafaat) bagi siapa saja yang dikehendaki dan diridhoiNya. (QS. An-Najm : 26).
Dalil Kelima
Allah berfirman:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ ﴿٢٢﴾ وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ
“Katakanlah : “serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tak memiliki kekuasaan seberat dzarrah (biji atum) pun di langit maupun di bumi,
dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sama sekali tidak ada di antara mereka menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu …” (QS. Saba 22-23).
● وَأَنذِرْ بِهِ (dan berilah peringatan dengannya) : Inzar (peringatan) yaitu pemberitahuan yang mengandung menakut-nakuti. Maksudnya disini adalah menakut-nakuti dengan Alqur’an.
● وَكَم مِّن مَّلَكٍ (Dan berapa banyak malaikat) : Sungguh para malaikat yang berada di langit sangat banyak sekali, namun syafaat mereka sedikit pun tidak dapat memberi manfat di sisi Allah melainkan setelah mendapat izin Allah dan ridha-Nya kepada yang memberi syafaat dan yang diberi syafaat.
● ادْعُوا (serulah) : Bentuk ucapan untuk menantang dan untuk mengungkapkan kelemahan yang ditantang, yang bermakna datangkanlah mereka atau memintalah kepada mereka.
● مِن شِرْكٍ : Mereka tidak memiliki kepunyaan sendiri dan tidak pula memiliki saham.
مِّن ظَهِير● (dari membantu) : Allah menafikan bantuan dan andil berhala-berhala tersebut.
● Segala perkara yang diharapkan oleh penyembah berhala terhadap berhala-berhala ditiadakan oleh Allah ta’ala. Sebab berhala-berhala itu tidak memiliki kepunyaan pribadi, tidak pula memiliki saham bersama Allah dan tidak pula ikut membantu-Nya. Seorang yang membantumu walaupun ia tidak memiliki saham dan persekutuan bersamamu setidaknya ia pernah berjasa kepadamu, kadang anda akan memberikan kebutuhan yang dia inginkan. Apabila tiga perkara ini tidak ada sama sekali maka tidak ada yang tersisa kecuali syafaat. Namun syafaat ini pun Allah batilkan dari mereka, dimana syafaat mereka sedikit pun tidak bermanfaat.
● Imam Ibnul Qayyim berkata tentang Ayat ini (QS. Saba : 22) : “Ini adalah ayat yang memutus akar-akar pohon kesyirikan dari hati”.
تُشَفَّعْ».
وَقَالَ لَهُ أَبُو هُرَيْرَةَ: مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ؟ قَالَ: «مَنْ قَالَ: (لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ) خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ»، فَتِلْكَ الشَّفَاعَةُ لأَهْلِ الإِخْلَاصِ بِإِذْنِ اللهِ، وَلَا تَكُونُ لِمَنْ أَشْرَكَ بِاللهِ.
وَحَقِيقَتُهُ: أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الَّذِي يَتَفَضَّلُ عَلَى أَهْلِ الإِخْلَاصِ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ بِوَاسِطَةِ دُعَاءِ مَنْ أَذِنَ لَهُ أَنْ يَشْفَعَ لِيُكْرِمَهُ، وَيَنَالَ الْـمَقَامَ الْـمَحْمُودَ.
فَالشَّفَاعَةُ الَّتِي نَفَاهَا الْقُرْآنُ مَا كَانَ فِيهَا شِرْكٌ، وَلِهٰذا أَثْبَتَ الشَّفَاعَةَ بِإِذْنِهِ فِي مَوَاضِعَ، وَقَدْ بَيَّنَ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّهَا لَا تَكُونُ إِلَّا لِأَهْلِ التَّوْحِيدِ وَالإِخْلاصِ»، انْتَهَى كَلامُهُ.
Abul Abbas mengatakan : “Allah telah meniadakan dari selain diri-Nya segala sesuatu yang menjadi tumpuan kaum musyrikin, dengan menyatakan bahwa tidak ada seorangpun dari selain-Nya yang memiliki kekuasaan, atau bagian darinya, atau menjadi pembantu-Nya. Dan tidak ada yang tersisa melainkan syafaat. Akan tetapi Allah telah menjelaskan bahwa syafaat ini tidak akan berguna kecuali bagi mereka yang telah Dia izinkan untuk memperolehnya, sebagaimana firmanNya: {Dan mereka tidak dapat memberi syafaat melainkan kepada mereka yang diridhai Allah} (QS. Al-Anbiya : 28).
Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bertanya kepada beliau : “siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atmu?”, Beliau menjawab : “yaitu orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya” .) HR. Bukhori dan Ahmad) . Syafa’at tersebut diperuntukan kepada orang-orang yang ikhlas, dengan seizin Allah semata dan bukan untuk orang-orang yang menyekutukan Allah dengan selain-Nya.
Dan hakikat syafaat tersebut, bahwa Allah lah yang melimpahkan kebaikan dan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas, sehingga Dia memberikan ampunan kepada mereka dengan sebab perantaraan doa bagi mereka yang telah diizinkan Allah untuk memberi syafa’at, untuk memuliakannya dan menempatkanya di tempat yang terpuji.
Syafa’at yang ditiadakan oleh Alqur’an adalah yang di dalamnya terdapat kesyirikan. Untuk itu Allah telah menetapkan syafaat dengan izin-Nya di beberapa ayat dalam Alqur’an. Dan Nabi pun sudah menjelaskan bahwa syafa’at itu hanya diperuntukan untuk orang-orang yang bertauhid dan ikhlas karena Allah semata”.
Al-Masaail (Perkara-Perkara)
1. Penjelasan tentang ayat-ayat diatas. (Lima ayat).
2. Sifat dari syafaat yang ditiadakan. (Yaitu yang di dalamnya ada kesyirikan).
3. Sifat dari syafaat yang ditetapkan (Yaitu syafaatnya ahli tauhid setelah izin dari Allah dan keridhaan Allah terhadap yang memberi syafaat dan yang diberi syafaat).
4. Penjelasan tentang syafa’at kubro, yaitu al-maqom al-mahmud (kedudukan yang terpuji). (Bagi orang-orang yang ada di padang masyhar agar ditegakan pengadilan di antara mereka).
5. Cara yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak mendapatkan syafa’at, beliau tidak langsung memberi syafa’at lebih dahulu, tapi dengan bersujud kepada Allah, kemudian setelah diizinkan oleh Allah barulah beliau memberi syafa’at. (Ini menunjukan keagungan Allah ta’ala dan kesempurnaan adab Rasulullah shalalallahu ‘alaihi wasallam).
6. Siapakah orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’at beliau ? (Orang –orang yang bertauhid dan orang-orang ikhlas).
7. Syafa’at itu tidak diberikan kepada orang yang mensekutukan Allah.
8. Penjelasan tentang hakikat syafa’at yang sebenarnya. (Bahwa Allah semata lah yang melimpahkan kebaikan-Nya kepada orang-orang yang ikhlas, yaitu dengan mengampuni mereka melalui perantaraan doanya orang-orang yang diberi izin memberi syafaat untuk memuliakannya dan menempatkannya pada tempat yang terpuji.