● Penulis mendatangkannya untuk menjelaskan sebab-sebab kafirnya keturunan Adam agar kita menjauhinya. Begitu pula, ini sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa kekufuran terjadi pada sebagian umat? Penulis menjawabnya dengan tiga bab, lalu pada bab berikutnya (bab yang kempat pada bagian ini) beliau menjelaskan bahwa nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menutup segala pintu yang dapat mengatarkan kepada kesyirikan.
[19] Bab Tentang Sebab-Sebab Kufurnya Keturunan Adam dan Mereka Meninggalkan Agama adalah Terlalu Berlebih-Lebihan Terhadap Orang-Orang Shaleh
● Ini merupakan penyebab yang sangat besar dan paling berbahaya, karena sebab terjadinya kesyirikan pertama kali di muka bumi adalah syubhat pada ghulu (berlebih-lebihan) terhadap orang-orang shaleh.
Dalil Pertama
Allah berfirman:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu (QS. An-Niisa : 171).
Dalil Kedua
فِي الصَّحِيحِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﭭ -فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿ وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدّاً وَلَا سُوَاعاً وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْراً ﴾-؛ قَالَ: (هٰذه أَسْمَاءُ رِجَالٍ صَالِحِينَ مِنْ قَوْمِ نُوحٍ، فَلَمَّا هَلَكُوا أَوْحَى الشَّيْطَانُ إِلَى قَوْمِهِمْ؛ أَنِ انْصِبُوا إِلَى مَجَالِسِهِمُ الَّتِي كَانُوا يَجْلِسُونَ فِيهَا أَنْصَابًا، وَسَمُّوهَا بِأَسْمَائِهِمْ، فَفَعَلُوا، وَلَمْ تُعْبَدْ، حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَنُسِيَ الْعِلْـمُ عُبِدَتْ)،
وَقَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ: (قَالَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ السَّلَفِ: لَـمَّا مَاتُوا عَكَفُوا عَلَى قُبورهِمْ، ثُمَّ صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُمْ، ثُمَّ طَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَعَبَدُوهُمْ).
Dalam shoheh Bukhori, Ibnu Abbas radhi Allahu anhuma berkata dalam mengomentari firman Allah ta’ala: Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr”. (QS. Nuh : 23).
“Ini adalah nama orang-orang sholeh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meniggal dunia, setan lalu membisikan kepada kaum mereka agar membikin patung-patung mereka dan untuk ditancapkan di tempat-tempat dimana disitu orang-orang shaleh tersebut duduk, dan untuk
menamakannya sesuai dengan nama-nama mereka, kemudian orang-orang tersebut mengerjakannya, dan pada saat itu patung-patung tersebut belum disembah, ketika para pembuat patung tersebut meninggal, dan ilmu agama dilupakan, mulai saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah”.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: banyak para ulama salaf mengatakan : “Ketika mereka meninggal, banyak orang-orang mengelilingi kuburan mereka, lalu mereka membikin patung-patung orang-orang shaleh tersebut, setelah berlalunya waktu yang cukup lama akhirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan”.
● {Wahai Ahlu Kitab} : Mereka adalah kaum Yahudi yang pada mereka ada kitab Taurat dan kaum Nasrani yang pada mereka ada kitab Injil.
● {Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu}: Jangan kalian melampaui batas dalam memuji dan mencela. Orang-orang Nasrani mereka melampaui batas dalam memuji-muji nabi Isa alaihi salam. Mereka berkata: Isa adalah anak dari Allah dan merupakan salah satu bagian dari trinitas. Adapun Yahudi mereka sangat berlebih-lebihan dalam mencela nabi Isa alaihi salam.
● هَلَكُوا (binasa) : Meninggal.
● أَوْحَى الشَّيْطَانُ(setan mewahyukan) : Setan membisik-bisikan.
● انْصِبُوا (Mereka menancapkan) : Setiap yang ditancap, baik dari tongkat ataupun batu. Dan karena itu setan membisikan kepada mereka : “Supaya apabila kalian melihatnya, maka kalian akan giat dalam beribadah”. Namun mereka ini telah menyelisihi jalan syariat, sebab niat semata tidak cukup, akan tetapi harus pula sesuai dengan syariat. Niatnya benar namun amalannya batil.
● حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ (hingga ketika mereka telah meninggal) : Yang menacapkan berhala-berhala dan memahat rupa-rupa mereka.
● Kaum sebelum nabi Nuh alaihi salam, mereka telah melakukan tiga perbuatan buruk:
1. صَوَّرُوا تَمَاثِيلَهُمْ (Menggambar rupa-rupa mereka), ini menunjukan bahaya dari memahat dan menggambar rupa
2. عَكَفُوا (mengelilingi) kuburan mereka.
3. “Ketika waktu berlalu lama” : dan zaman kenabian telah jauh kemudian mereka meninggalkan ilmu maka terjadilah kesyirikan yang besar dan keturunan mereka menyembah berhal-berhala tersebut. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memperhatikan ilmu dan mengamalkannya agar tidak terjatuh seperti apa yang telah menimpa mereka umat terdahulu.
Bahaya-bahaya ghuluw (berlebih-lebihan)
1. Menempatkan orang-orang yang dikultuskan melebihi kedudukan yang pantas baginya, apabila itu adalah pujian. Dan merendahkan mereka bila itu berisi celaan terhadap mereka.
2. Dapat mengantarkan kepada peribadatan terhadap yang dikultuskan.
3. Dapat menutup pengagungan kepada Allah ta’ala, karena jiwa kalau tidak terisi dengan kebaikan maka akan terisi dengan keburukan.
4. Apabila yang dikultuskan masih hidup, maka ini dapat mengantarkannya kepada kesombongan dan ujub kepada dirinya sendiri. Tentunya ini akan merusak dirinya sendiri. Adapun kalau itu berlebih-lebihan dalam mencelanya, maka ini akan mengantarkan kepada permusuhan dan mendatangkan bala.
● لَا تُطْرُونِي : Jangan kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan yang semisal mereka.
● Hamba dan Rasul-Nya : Ini adalah sifat yang paling benar bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan paling mulia baginya.
● الْغُلُوّ: Melampaui batas dalam memuji, beribadah dan beramal.
● Apa saja yang telah dibinasakan sikap ghulu? [1] Agama. [2] Badan.
● Ghuluw memiliki jenis yang sangat banyak, di antaranya adalah : Ghuluw dalam akidah, ibadah, muamalah dan adat kebiasaan. Agama Allah berada di antara yang berlebih-lebihan dan meremehkan.
● الْـمُتَنَطِّعُونَ : Mereka yang bedalam-dalam berbicara dan berbuat karena merasa bangga
terhadap diri sendiri. At-Tanathu’ dalam agama menyerupai ghuluw dalam agama dan merupakan salah satu sebab kebinasaan.
Al-Masaail (Perkara-Perkara)
1. Orang yang memahami bab ini dan kedua bab setelahnya, akan jelas baginya keterasingan Islam dan ia akan melihat qudroh (sifat mampu) dari Allah dan dari cara Allah merubah hati manusia sangat menakjubkan.
2. Mengetahui bahwa awal munculnya kemusyrikan di muka bumi ini adalah karena syubhat berkaitan dengan orang-orang shaleh.
3. Mengetahui apa yang pertama kali dirubah dari agama para nabi (Menyekutukan Allah), dan apa sebab-sebab hal itu terjadi? (berlebih-lebihan terhadap orang-orang shaleh). padahal mereka mengetahui bahwa para Nabi itu adalah utusan Allah.
4. Mengetahui sebab-sebab diterimanya bid’ah, padahal syari’ah dan fitrah manusia menolaknya.
5. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal di atas adalah tercampur aduknya antara kebenaran dengan kebatilan. Adapun yang pertama ialah rasa cinta kepada orang-orang sholeh. Sedangkan yang kedua ialah tindakan yang dilakukan oleh orang orang ‘alim yang ahli dalam masalah agama dengan maksud untuk suatu kebaikan, tetapi orang-orang yang hidup sesudah mereka berprasangka bahwa apa yang mereka maksudkan bukanlah hal itu. (Barang siapa yang ingin menguatkan agamanya dengan perkara bid’ah maka mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya).
6. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam surat Nuh. (Bahwa mereka saling berwasiat di atas kemaksiatan).
7. Mengetahui sifat alami manusia bahwa kebenaran yang ada pada dirinya terus berkurang, sementara kebatilan malah terus bertambah. (Kecuali orang-orang yang dikarunia oleh Allah).
8. Bab ini mengandung suatu bukti tentang kebenaran pernyataan ulama salaf bahwa bid’ah adalah penyebab kekafiran. (Dan tidak dapat dipungkiri adanya sebab-sebab lain yang tidak berbilang)
9. Setan mengetahui tentang dampak yang diakibatkan oleh bid’ah, walaupun maksud
pelakunya baik.
10. Mengetahui kaidah umum, yaitu bahwa sikap berlebih-lebihan dalam agama itu dilarang, dan mengetahui pula dampak negatifnya.
11. Bahaya perbuatan berdiam diri di sisi kuburan dengan niat untuk suatu amal shalih. (Akan mengantarakan kepada penyebahan terhadap mereka).
12. Larangan adanya patung-patung, dan hikmah dibalik perintah menghancurkannya. (Untuk menutup jalan yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan).
13. Besarnya kedudukan kisah kaum Nabi Nuh ini, dan manusia sangat memerlukan akan hal ini, walaupun banyak di antara manusia telah melupakannya.
14. Satu hal yang sangat mengherankan, bahwa mereka (para ahli bid’ah) telah membaca dan memahami kisah ini, baik lewat kitab-kitab tafsir maupun kitab-kitab hadits, namun ternyata Allah masih menutup antara mereka dan hati mereka, sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh adalah amal ibadah yang paling utama. Sebaliknya mereka berkeyakinan bahwa apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya adalah kekafiran yang menghalalkan darah dan harta.
15. Pernyataan yang sangat jelas bahwa mereka tidak menggiginkan dari perbuatan yang mereka lakukan melainkan syafaat semata. (Namun kenyataanya mereka terjatuh kepada kesyirikan).
16. Persangkaaan mereka bahwa orang-orang berilmu yang membikin patung itu bermaksud demikian. (Memberi syafaat kepada mereka , dan tentunya ini adalah persangkaan yang batil).
17. Pernyataan yang sangat penting yang termuat dalam sabda Nabi : “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam”. Semoga sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada beliau yang telah menyampaikan risalah dengan sebenar benarnya. (Beliau melarang untuk berlebih-lebihan dalam memuji, dan sangat menekankan hal ini, namun kenyaatannya telah terjadi pada umat ini bahkan lebih parah lagi).
18. Ketulusan hati beliau kepada kita dengan memberikan nasehat bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu akan binasa. (Sebagai peringatan darinya).
19. Pernyataan yang sangat jelas bahwa patung-patung itu tidak disembah kecuali setelah ilmu [agama] dilupakan, dengan demikian dapat diketahui nilai keberadaan ilmu ini dan bahayanya jika hilang.
20. Penyebab hilangnya ilmu agama adalah meninggalnya para ulama. (Ini merupakan penyebab yang paling besar, demikian pula lalai dan berpaling darinya serta sibuk dengan perkara-perkara dunia dan tidak perduli dengannya).
[20] Bab Larangan Keras bagi orang yang beribadah kepada Allah di Sisi Kuburan Orang Shaleh, Apalagi Sampai Menyembahnya
Penulis mendatangkan bab ini untuk menjelaskan keterasingan agama ini dan bahwa manusia telah meninggalkan tauhid. Juga menjelaskan larangan menyembah Allah di sisi kuburan orang-orang shaleh agar tidak menjadi sarana yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan.
Penulis mendatangkan bab ini untuk menjelaskan keterasingan agama ini dan bahwa manusia telah meninggalkan tauhid. Juga menjelaskan larangan menyembah Allah di sisi kuburan orang-orang shaleh agar tidak menjadi sarana yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan.
● Mereka itu telah menggabungkan dua fitnah: Fitnah kubur dan fitnah patung-patung, ini adalah perkataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dan dinamakan fitnah, karena dapat menutup jalan manusia terhadap agama mereka.
● Asal pada kuburan supaya dibangun diluar pemukiman masyarakat agar tidak menjadi sarana kepada kesyirikan.
● Fitnah kuburan lebih berbahaya dari fitnah patung-patung, disebabkan:
1. Kuburan dapat ditemukan di setiap tempat, beda dengan patung-patung.
2. Disisi kuburan dapat terjadi sesuatu yang tidak dialami di tempat lain, seperti rasa takut dan selainnya.
Dalil Kedua:
وَلَهُمَا عَنْهَا، قَالَتْ: (لَـمَّا نُزِلَ بِرَسُولِ اللهِ ﷺ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ، فَإِذَا اغْتَمَّ بِهَا كَشَفَهَا، فَقَالَ – وَهُوَ كَذَلِكَ -: «لَعَنَةُ اللهُ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبور أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ»؛ يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا، وَلَوْلَا ذَلِكَ لأُبْرِزَ قَبْرُهُ، غَيْرَ أَنَّهُ خُـَشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا، أَخْرَجَاهُ.
Dalam riwayat Imam Bukhori dan Muslim, Aisyah juga berkata : ketika Rasulullah akan dicabut nyawanya, beliaupun segera menutup mukanya dengan kain, dan ketika nafasnya terasa sesak maka dibukanya kembali kain itu. Lalu beliau bersabda, sementara beliau masih dalam keadaan seperti itu : “Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yahudi dan Nasrani, yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid-masjid (tempat peribadatan”). Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi perbuatan mereka, dan jika bukan karena hal itu, maka pasti kuburan beliau akan ditampakkan, hanya saja beliau khawatir kalau kuburannya nanti dijadikan masjid (tempat beribadah).
Dalil Ketiga
وَلِـمُسْلِمٍ عَنْ جُنْدَبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ قَبْلَ أَنْ يَمُوتَ بِخَمْسٍ، وَهُوَ يَقُولُ: «إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ؛ فَإِنَّ اللهَ قَدِ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا، كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا؛ لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبور أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ، أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبور مَسَاجِدَ، فَإِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ».
فَقَدْ نَهَى عَنْهُ فِي آخِرِ حَيَاتِهِ، ثُمَّ إِنَّهُ لَعَنَ – وَهُوَ فِي السِّيَاقِ – مَنْ فَعَلَهُ، وَالصَّلَاةُ عِنْدَهَا مِنْ ذَلِكَ، وَإِنْ لَمْ يُبْنَ مَسْجِدٌ؛ وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهَا: «خَشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا»، فَإِنَّ الصَّحَابَةَ لَمْ يَكُونُوا لِيَبْنُوا حَـوْلَ قَبْرِهِ مَسْجِدًا.
وَكُلُّ مَوْضِـعٍ قُصِدَتِ الصَّـلَاةُ فِيهِ فَقَدِ اتُّخِذَ مَسْجِدًا، بَلْ كُلُّ مَوْضِعٍ يُصَلَّى فِيهِ يُسَمَّى مَسْجِدًا، كَمَا قَالَ ﷺ: «جُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا».
Imam Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Abdullah, dimana ia pernah berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda lima hari sebelum beliau meninggal dunia :“Sungguh, Aku berlepas diri kepada Allah untuk menjadikan salah seorang di antara kalian sebagai seorang khalil (kekasih), karena sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan aku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Seandainya kalau aku mengambil seorang kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah), dan ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang kalian dari perbuatan itu”.
Sungguh, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam di akhir hayatnya telah melarang umatnya untuk tidak menjadikan kuburan sebagai masjid. Kemudian ketika dalam keadaan hendak dicabut nyawanya beliau melaknat orang yang melakukan perbuatan itu, dan sholat di sisinya termasuk pula dalam pengertian menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah, walaupun tidak dijadikan bangunan masjid, dan inilah maksud dari kata-kata Aisyah radhi Allahu anha.:“… dikhawatirkan akan dijadikan sebagai masjid (tempat ibadah).” Dan para sahabat pun belum pernah membangun masjid (tempat ibadah) disekitar kuburan beliau.
Setiap tempat yang digunakan untuk sholat berarti telah dijadikan sebagai masjid, bahkan
setiap tempat yang dipergunakan untuk sholat disebut masjid, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam : “Telah dijadikan bumi ini untukku sebagai masjid dan suci”.
● Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan dicabut nyawanya : Yaitu malaikat pencabut nyawa.
● خَمِيصَةً : Kain atau pakaian yang memiliki lukisan-lukisan.
● “Laknat Allah” : Mengusirnya dan menjauhkannya, ini adalah kabar dari Allah atau merupakan doa keburukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam atas mereka.
● “Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid”: Baik itu dengan sujud terhadapnya atau membangun masjid di atas kuburan mereka.
● “Kuburnya akan ditampakan” : ditampakan dan dikeluarkan dari rumahnya, seperti di kubur di pekuburan Baqi misalnya.
Mengapa Rasulullah di kubur dikamarnya dan tidak ada seorang pun yang dapat melihatnya lansung apalagi melihat tanah pekuburannya?
● Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah nabi meninggal melainkan akan dikuburkan di tempat dia meninggal.
● Beliau takut kuburannya akan dijadikan berhala yang di sembah.
● Ketakutan para sahabat kuburannya akan di jadikan berhala, dan ini merupakan bentuk keperdulian mereka terhadap perealisasian tauhid.
Bagaimana kita membantah orang-orang yang mengatakan bahwa kuburan nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam berada di dalam masjid?
1. Bantahan secara global: Perkara ini merupakan perkara mutasyabih (yang rancu), dan yang wajib adalah mengambil perkara-perkara yang muhkam (yang jelas hukumnya) dari Alqur’an dan sunah. Jadi kalau anda berpendapat seperti ini, maka anda termasuk orang-orang yang mengambil mutasyabih dan meninggalkan yang muhkam. Sehingga perkataanmu tidak perlu didengar.
2. Bantahan secara detail:
a. Masjid tidak di bangun di atas kuburan, karena masjid nabawi di bangun pada saat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masih hidup.
b. Nabi Muhammad tidak di kubur di masjid akan tetapi di kubur di rumahnya, yang mana rumah beliau berada di luar masjid.
c. Memasukan kamar (tempat kuburan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) ke dalam masjid tidak dengan kesepakatan semua para sahabat radhi Allahu anhum. Akan tetapi, setelah kebanyakan mereka meninggal dan bahkan sebagian yang masih hidup pada saat itu juga menyelisihinya. Demikian pula Sa’id bin Al-Musayyib rahimahullah beliau termasuk salah seorang yang menyelisihinya.
d. Kuburan bukan di dalam masjid, akan tetapi berada pada kamar tersendiri. Jadi masjid nabawi tidak dibangun di atasnya. Bahkan kuburan nabi yang berada pada kamar tersendiri
dilindungi dengan tiga tembok. Dimana tembok-tembok ini dibangun dengan sudut yang menyimpang dari arah kiblat, agar orang-orang yang shalat tidak menghadap kepadanya.
e. Masjid Nabawi memiliki keistimewaan dibandingkan dengan masjid-masjid yang lainnya, baik dari sisi shalat di dalamnya atau meniatkan safar untuk beribadah disana dan lain sebagainya.
Catatan:
Alkhullah merupakan tingkatan cinta yang paling tinggi dan agung. Allah tidak menetapkan alkhulah ini, sesuai yang kami tahu melainkan hanya kepada dua makhluknya; nabi Muhammad dan nabi Ibrahim alaihimassalam. Karena itu anda bisa mengetahui kejahilan yang besar pada ucapannya sebagian masyarkat umum yang mengatakan: “nabi Ibrahim adalah khalilullah dan nabi Muhammad habibullah”. Tentunya ini merupakan pengurangan kepada kedudukan nabi kita, karena mereka menjadikan kedudukannya di bawah kedudukan nabi Ibrahim, juga tidak membedakan nabi kita dengan manusia yang lainnya. Karena Allah dalam firmannya mengatakan yuhibbu almuhsinin (mencintai orang-orang yang berbuat baik). Jadi kalau ada yang mensifati nabi dengan habibullah, maka ia telah keliru.
وَلِأَحْمَدَ – بِسَنِدٍ جَيِّدٍ – عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ﭬ مَرْفُوعًا: «إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ، وَالَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْقُبور مَسَاجِدَ». رَوَاهُ أَبُو حَاتِمٍ فِي «صَحِيحِهِ».
Dan Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dengan sanad yang jayyid, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya, termasuk sejelek-jelek manusia adalah mereka yang masih hidup saat hari kiamat tiba, dan orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid)”. (HR. Abu Hatim dalam kitab shohehnya).
● “Sejelek-jelek manusia” : Ini menunjukan bahwa manusia bertingkat-tingakat dalam sifat kejelekan, yang mana sebagian lebih parah dari sebagian yang lainnya.
Kesimpulan dari bab:
Wajib untuk menjauh dari kesyirikan dan dari sarana-sarana yang mengantarkan kepada kesyirikan. Karena itu kita harus keras kepada orang-orang yang beribadah di kubarannya orang-orang shaleh, baik itu shalat ataupun ibadah-ibadah yang lainnya. Barangsiapa yang beranggapan bahwa bersedekah di sisi kuburan lebih afdhol daripada yang lainnya maka ia serupa dengan orang yang menjadikannya sebagai masjid.
Al-Masaail (Perkara-Perkara)
1. Larangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bagi orang-orang yang membangun masjid di atas kuburan orang-orang shaleh agar Allah diibadahi di dalamnya, walaupun niat pelakunya baik. (Sebab amalan seperti ini tidak membutuhkan niat, sebab ia hanya dikaitkan dengan perbuatan saja dan ini pula menyerupai orang-orang musyrik).
2. Larangan keras membuat patung-patung/gambar-gambar bernyawa. (Terlebih lagi apabila
gambar-gambar tersebut diagungan secara adat kebiasaan seperti patung para pemimpin atau patung orang tua, atau diagungkan secara syariat seperti para nabi dan orang-orang shaleh.
3. Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sikap keras Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam masalah ini, bagaimana beliau menjelaskan terlebih dahulu kepada para sahabat, bahwa orang yang membangun tempat ibadah di sekitar kuburan orang sholeh termasuk sejelek-jelek makhluk di hadapan Allah. Kemudian, lima hari sebelum wafat, beliau mengeluarkan pernyataan yang melarang umatnya menjadikan kuburan-kuburan sebagai tempat ibadah. Terakhir, beberapa saat menjelang wafatnya, beliau masih merasa belum cukup dengan tindakan-tindakan yang telah diambilnya, sehingga beliau melaknat orang-orang yang melakukan perbuatan ini.
4. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melarang pula perbuatan tersebut dilakukan di sisi kuburan beliau, walaupun kuburan beliau sendiri belum ada.
5. Menjadikan kuburan nabi-nabi sebagai tempat ibadah merupakan tradisi orang-orang Yahudi dan Nasrani.
6. Rasulullah melaknat mereka karena perbuatan mereka tersebut.
7. Rasulullah melaknat mereka dengan tujuan memberikan peringatan kepada kita agar tidak berbuat hal yang sama terhadap kuburan beliau.
8. Alasan tidak ditampakkannya kuburan beliau. (Kekhawatiran beliau akan dijadikan sebagai sesuatu yang disembah dan bahwa setiap nabi dikubur di tempat mereka meninggal).
9. Makna menjadikan kuburan mereka sebagai masjid. (Membangun masjid di atasnya dan menjadikannya sebagai tempat shalat).
10. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menggabungkan antara orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dengan orang yang masih hidup disaat kiamat tiba. Juga menyebutkan sarana yang mengantarakan kepada kesyirikan sebelum terjadinya dan menutupnya pula dengan peringatan terhadap syirik.
11. Khutbah beliau yang disampaikan lima hari sebelum wafatnya mengandung sanggahan terhadap dua kelompok yang kedua-duanya termasuk sejelek-jelek ahli bid’ah, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa keduanya di luar 72 golongan yang ada dalam umat Islam, yaitu Rafidloh dan Jahmiyah. Dan sebab orang-orang Rafidloh inilah kemusyrikan dan penyembahan kuburan terjadi, dan mereka itulah orang pertama yang membangun tempat ibadah di atas kuburan.
12. Ujian Rasulullah Shallallahu’alaihi dengan merasakan beratnya sakaratul maut.
13. Kemuliaan yang diberikan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan gelar alhkhullah (kekasi Allah).
14. Pernyataan yang jelasa bahwa alkhullah lebih tinggi derajatnya dari pada alhabib.
15. Pernyataan yang jelas bahwa Abu Bakar radhiallahu’anhu adalah sahabat Nabi yang paling mulia. (Keutamaan dalam iman dan amal lebih tinggi dibandingakan keutamaan dalam nasab, sebab itu Abu Bakar lebih utama dari Ali radhi Allahu anhuma.
16. Isyarat terhadap kekhilafaan Abu Bakar radhi Allahu ‘anh.